M a k k a h
Yang Semakin Megah
Ya Allah, kota ini adalah Tanah Haram-Mu
dan tempat yang aman.
Maka hindarkanlah dagingku, darahku, rambutku dan kulitku dari neraka.
Amankanlah aku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali hamba-hamba-Mu.
Masukkanlah aku ke dalam golongan wali-wali-Mu
dan ahli tha'at pada-Mu.
Aamin.
[Doa masuk kota Makkah]
Tibalah kami di kota Mekkah setelah 3 hari beribadah di kota Madinah. Masih di dampingi si Ustad Gaul Hasan Basri kami menginap di AL REYADAH GRAND HOTEL. Hotelnya bagus lumayan tidak terlalu jauh ke Masjidil Haram.
Berikut Liputan Perjalanan Umroh kami selama di kota Mekkah :
Makkah kini semakin megah
Gedung-gedung tinggi sedang dibangun dengan kecepatan yang
luar biasa. Bahkan satu menara sudah jadi. Tingginya mencapai 601 meter.
Sampai tulisan ini dibuat, berarti gedung yang diberi
nama Abraj Al Bait, atau dalam bahasa inggrisnya 'The Mecca Royal
Clock Tower' menjadi gedung tertinggi kedua di dunia setelah gedung Burj
Khalifa, 828 meter, yang ada di Dubai. Bentuk puncaknya
mirip Big Ben, alias ada jam besarnya. Ada tujuh buah menara yang
menjadi bagian dari gedung tersebut. Rencananya, suara adzan yang
dikumandangkan dari tempat itu akan bisa didengar hingga jarak
7 km, sementara cahaya lampu dari jamnya akan memancar hingga jarak
30km. Subhanallah
Dan itulah yang akan dilihat oleh para jamaah haji saat nanti mereka tiba di kota Mekkah.
Semesta pun Bertawaf
Masjidil Haram..
Masjid paling mulia di muka bumi…
Kabah... aku datang (lagi)
Aku
kembali kehilangan kata-kata untuk menjelaskan betapa bergemuruhnya
dada ini saat memandang bangunan masjid dihadapan.
Begitu pula dengan yang lain, karena hampir semua anggota rombongan
tak ada yang berkata-kata kecuali Ustad Hasan yang senantiasa terus memberi bimbingan.
Walaupun ini bukan kali pertama aku memandangnya, tetap
saja aku tidak bisa menjelaskan dengan baik apa yang dirasakan saat
kembali melihat masjidil Haram.
Beserta seluruh rombongan kami melangkah memasuki gerbang satu yang diberi nama gerbang King Abdul Aziz. Saat didalam aku
sudah tidak sempat memperhatikan sekeliling lagi, aku terlalu berdebar saat memasuki masjid.
Ketika pintu masuk terlewati dan berjalan beberapa langkah di dalam masjid. Tampaklah dihadapan kami semua, bangunan
berbentuk kubus, yang diselimuti oleh kain sutera hitam.
Suatu
bangunan yang dibangun oleh Nabi Ibrahim bersama puteranya Nabi Ismail.
Suatu bangunan yang menjadi “rumah” paling tua
di muka bumi ini. Suatu bangunan yang memiliki enam sisi sehingga
seolah menghadap ke segala arah, utara, selatan, timur, barat, atas dan
bawah. Suatu bangunan yang tiada apapun didalamnya, hanya
ada kekosongan.
Itulah Kabah.
Kita memang tidak menyembah kabah, tidak menyembah batu hitam, tidak menyembah bangunan, Kabah hanyalah arah, Kabah
hanyalah petunjuk.
Kabah saat ini berada di hadapanku.
Tak berhenti menangis menatap kabah...
Mataku
melihat pemandangan yang menakjubkan. Seolah suatu pertunjukan tentang
bagaimana alam semesta bekerja. Sebagai pusat,
di sekeliling kabah penuh dengan orang yang bertawaf. Berputar
berlawanan dengan arah jarum jam. Bergelombang bagai pusaran air,
teratur bagai orbit benda-benda angkasa pada matahari.
Inilah pertunjukan semesta!
Karena
ternyata tawaf, atau gerakan berputar mengelilingi satu pusat ini juga
dilakukan oleh semua mahluk, semua materi,
segala hal penghuni alam semesta ini. Dari atom yang terkecil,
hingga galaksi yang begitu luas. Semua terbukti melakukan tawaf,
bergerak mengelilingi suatu inti.
Disini
aku menyaksikan suatu pesan mengenai tauhid yang sangat jelas dari Sang
Maha Pencipta, bahwa hanya ada satu pusat,
hanya ada satu Tuhan, hanya ada satu Yang Maha Segalanya. Sementara
yang lain hanyalah mahluk, hanyalah hamba, hanyalah ciptaan, hanyalah
partikel-partikel yang terus bergerak
mengelilingiNYA.
Malam itu, kami melaksanakan umrah. Tepat jam 12 malam kami melaksanakan umroh pertama didampingi Ustad Hasan yang tak kunjung lelah terus membimbing doa selama berjalannya tawaf dan sa'i
Melebur
bersama yang lain dalam kebersamaan. Tak ada lagi perbedaan warna
kulit, jabatan, suku, golongan dan budaya. Semua
menjadi satu dalam harmonisasi tawaf, semua menjadi satu dan
berputar bersama mengelilingi pusat yang satu, semua menjadi satu dalam
gelora cinta yang sama.
Allah adalah pusat segala hal, Allah adalah cinta yang satu, Allah adalah segalanya. Hatiku lirih berbisik -Terima kasih
ya Allah, telah mengundang kami semua, dan mengijinkan kami melakukan thawaf bersama semesta- Alhamdulillah selama melaksanakan umroh tidak ada halangan yang berarti semua dimudahkan Allah karena niat kami dari tanah air semata - mata hanya untuk beribadah kepada MU ya Rabb. Saya menyelesaikan umroh 3 kali selama di MEkkah dan Ibu saya bisa menyelesaikan umroh sebanyak 2 kali luaaar biasaaaa.. Subhanallah padahal selam di tanah air berjalan sebentar saja sudah merasa capek tapi kemaren ibuku tanpa ada keluhan sama sekali tetap semangat mengikuti ritual sesuai anjuran Ustad Hasan.
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
(QS. Ali Imran:96)
Pengawalan Istimewa
[Bersujud di Hijir Ismail]
Sama seperti Hajar Aswad yang butuh perjuangan
untuk menghampirinya, begitu pula dengan Hijir Ismail. Tak mudah untuk
memasuki area ini
karena ukurannya yang tidak besar menjadikan kita harus
berdesak-desakkan dengan jamaah lain.
Mengapa bersusah-susah untuk masuk ke Hijir
Ismail? Karena tempat ini juga termasuk tempat-tempat utama untuk berdoa
(selain Multazam dan
Maqam Ibrahim). Banyak riwayat yang menceritakan keistimewaannya.
Ada pengalaman unik saat aku dan ibuku berusaha masuk ke Hijir
Ismail. Saat tubuh semakin terdesak, tiba-tiba ada orang yang
merentangkan tangan, seolah-olah
melindungi kami. Begitu terus hingga akhirnya kami berhasil masuk.
Tak cukup sampai disitu, 'pengawalan' terus ia lakukan saat ibuku
sedang melakukan sholat. Sekedar info, sholat disini
benar-benar jauh dari kondisi ideal. Jangankan untuk sujud dan ruku,
untuk bisa berdiri sempurna saja sudah untung. Hal ini karena begitu
berdesakkan dan banyak orang yang lalu lalang. Tanpa
dijaga dari dua arah, rasanya memang sulit untuk bisa sujud dengan
tenang karena khawatir kepala terinjak. Beruntung ada orang tadi. Entah
siapa dan dari mana, yang jelas wajahnya sangat
Indonesia.
Selesai ibuku sholat, giliran aku yang sholat dan ibuku
yang akan menjaga. Tapi karena situasi yang semakin padat, aku menengok
mencari tempat lain yang
lebih lowong. Kalau tetap disitu rasanya mustahil untuk aku bisa
sujud. Akhirnya terlihat ada tempat yang kosong, kami segera mundur
beberapa langkah. Disini tempatku sholat lebih lapang
dibanding tadi. Saat itulah kami tak melihat lagi orang yang tadi
mengawal. Kemana? Mungkin sudah keluar lebih dulu. Entahlah.
Siapapun dia, terima kasih ya Allah. Hanya Engkaulah yang mampu menggerakkan para mahlukMu...
Sesungguhnya Allah tidak memanggil orang yang mampu, tetapi DIA memampukan orang yang terpanggil...Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada MAHARANI TOUR & TRAVEL yang telah menjadi jembatan dalam menunaikan ibadah umroh ini. Harapan kami ke depannya semoga Bu Ana dan Tim dari MAHARANI bisa lebih baik lagi dalam melayani tamu - tamu Allah. Sukses selalu untuk MAHARANI dan Pak Ustad Hasan Basri yang menjadi nilai tambah dalam pelayanan kepada para jamaah umroh.