Sabtu, 22 Maret 2014

Dan Semesta pun Bertawaf (My Spiritual Journey to Mekkah)

M a k k a h

Yang Semakin Megah

Ya Allah, kota ini adalah Tanah Haram-Mu
dan tempat yang aman.
Maka hindarkanlah dagingku, darahku, rambutku dan kulitku dari neraka.
Amankanlah aku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali hamba-hamba-Mu.
Masukkanlah aku ke dalam golongan wali-wali-Mu
dan ahli tha'at pada-Mu.
Aamin.
[Doa masuk kota Makkah]

Tibalah kami di kota Mekkah setelah 3 hari beribadah di kota Madinah. Masih di dampingi si Ustad Gaul Hasan Basri kami menginap di AL REYADAH  GRAND HOTEL. Hotelnya bagus lumayan tidak terlalu jauh ke Masjidil Haram.

Berikut Liputan Perjalanan Umroh kami selama di kota Mekkah :

Makkah kini semakin megah
Gedung-gedung tinggi sedang dibangun dengan kecepatan yang luar biasa. Bahkan satu menara sudah jadi. Tingginya mencapai 601 meter. Sampai tulisan ini dibuat, berarti gedung yang diberi nama Abraj Al Bait, atau dalam bahasa inggrisnya 'The Mecca Royal Clock Tower' menjadi gedung tertinggi kedua di dunia setelah gedung Burj Khalifa, 828 meter, yang ada di Dubai. Bentuk puncaknya mirip Big Ben, alias ada jam besarnya. Ada tujuh buah menara yang menjadi bagian dari gedung tersebut. Rencananya, suara adzan yang dikumandangkan dari tempat itu akan bisa didengar hingga jarak 7 km, sementara cahaya lampu dari jamnya akan memancar hingga jarak 30km. Subhanallah
 
 
Kabah dengan Menara Jam
Dan itulah yang akan dilihat oleh para jamaah haji saat nanti mereka tiba di kota Mekkah.
 
Teringat pengalaman umrah pertamaku 4 tahun yang lalu, saat melakukan tawaf, kita jadi harus berhati-hati.Karena bila tidak, dari ekor mata, kita akan dapat melihat kemegahan menara tersebut. Pandangan ke kiri terlihat Kabah, meleng sedikit ke kanan, akan menemukan menara itu. Apalagi bila tawafnya dilakukan malam hari, semakin jelas saja keberadaannya karena lampu-lampu yang gemerlap ditambah dengan cahaya hijau dari jamnya. Tapi tenang saja, bagaimana pun getaran yang terpancar dari Kabah jauh lebih kuat, Kabah bagai pusat gravitasi yang begitu hebat yang menarik segenap jiwa para jamaah, sehingga Insya Allah, ibadah tak akan terganggu…
Semesta pun Bertawaf
 
 
Masjidil Haram..
Masjid paling mulia di muka bumi…
Kabah... aku datang (lagi) 
Aku kembali kehilangan kata-kata untuk menjelaskan betapa bergemuruhnya dada ini saat memandang bangunan masjid dihadapan. Begitu pula dengan yang lain, karena hampir semua anggota rombongan tak ada yang berkata-kata kecuali Ustad Hasan yang senantiasa terus memberi bimbingan. Walaupun ini bukan kali pertama aku memandangnya, tetap saja aku tidak bisa menjelaskan dengan baik apa yang dirasakan saat kembali melihat masjidil Haram.
Beserta seluruh rombongan kami melangkah memasuki gerbang satu yang diberi nama gerbang King Abdul Aziz. Saat didalam aku sudah tidak sempat memperhatikan sekeliling lagi, aku terlalu berdebar saat memasuki masjid.
Ketika pintu masuk terlewati dan berjalan beberapa langkah di dalam masjid. Tampaklah dihadapan kami semua, bangunan berbentuk kubus, yang diselimuti oleh kain sutera hitam.
Suatu bangunan yang dibangun oleh Nabi Ibrahim bersama puteranya Nabi Ismail. Suatu bangunan yang menjadi “rumah” paling tua di muka bumi ini. Suatu bangunan yang memiliki enam sisi sehingga seolah menghadap ke segala arah, utara, selatan, timur, barat, atas dan bawah. Suatu bangunan yang tiada apapun didalamnya, hanya ada kekosongan.
Itulah Kabah.
Kita memang tidak menyembah kabah, tidak menyembah batu hitam, tidak menyembah bangunan, Kabah hanyalah arah, Kabah hanyalah petunjuk.
Kabah saat ini berada di hadapanku.
Tak berhenti menangis menatap kabah... 
Mataku melihat pemandangan yang menakjubkan. Seolah suatu pertunjukan tentang bagaimana alam semesta bekerja. Sebagai pusat, di sekeliling kabah penuh dengan orang yang bertawaf. Berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Bergelombang bagai pusaran air, teratur bagai orbit benda-benda angkasa pada matahari.
Inilah pertunjukan semesta!
Karena ternyata tawaf, atau gerakan berputar mengelilingi satu pusat ini juga dilakukan oleh semua mahluk, semua materi, segala hal penghuni alam semesta ini. Dari atom yang terkecil, hingga galaksi yang begitu luas. Semua terbukti melakukan tawaf, bergerak mengelilingi suatu inti.
Disini aku menyaksikan suatu pesan mengenai tauhid yang sangat jelas dari Sang Maha Pencipta, bahwa hanya ada satu pusat, hanya ada satu Tuhan, hanya ada satu Yang Maha Segalanya. Sementara yang lain hanyalah mahluk, hanyalah hamba, hanyalah ciptaan, hanyalah partikel-partikel yang terus bergerak mengelilingiNYA.
Malam itu, kami melaksanakan umrah. Tepat jam 12 malam kami melaksanakan umroh pertama didampingi Ustad Hasan yang tak kunjung lelah terus membimbing doa selama berjalannya tawaf dan sa'i 
Melebur bersama yang lain dalam kebersamaan. Tak ada lagi perbedaan warna kulit, jabatan, suku, golongan dan budaya. Semua menjadi satu dalam harmonisasi tawaf, semua menjadi satu dan berputar bersama mengelilingi pusat yang satu, semua menjadi satu dalam gelora cinta yang sama.
Allah adalah pusat segala hal, Allah adalah cinta yang satu, Allah adalah segalanya. Hatiku lirih berbisik -Terima kasih ya Allah, telah mengundang kami semua, dan mengijinkan kami melakukan thawaf bersama semesta- Alhamdulillah selama melaksanakan umroh tidak ada halangan yang berarti semua dimudahkan Allah karena niat kami dari tanah air semata - mata hanya untuk beribadah kepada MU ya Rabb. Saya menyelesaikan umroh 3 kali selama di MEkkah dan Ibu saya bisa menyelesaikan umroh sebanyak 2 kali luaaar biasaaaa.. Subhanallah padahal selam di tanah air berjalan sebentar saja sudah merasa capek tapi kemaren ibuku tanpa ada keluhan sama sekali tetap semangat mengikuti ritual sesuai anjuran Ustad Hasan.
 
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
(QS. Ali Imran:96)
Pengawalan Istimewa
[Bersujud di Hijir Ismail]
 
 
        Sama seperti Hajar Aswad yang butuh perjuangan untuk menghampirinya, begitu pula dengan Hijir Ismail. Tak mudah untuk memasuki area ini karena ukurannya yang tidak besar menjadikan kita harus berdesak-desakkan dengan jamaah lain.
        Mengapa bersusah-susah untuk masuk ke Hijir Ismail? Karena tempat ini juga termasuk tempat-tempat utama untuk berdoa (selain Multazam dan Maqam Ibrahim). Banyak riwayat yang menceritakan keistimewaannya.
Hijir Ismail saat penuh (gambar diambil dari vivanews)
Hijir Ismail saat penuh
      Ada pengalaman unik saat aku dan ibuku berusaha masuk ke Hijir Ismail. Saat tubuh semakin terdesak, tiba-tiba ada orang yang merentangkan tangan, seolah-olah melindungi kami. Begitu terus hingga akhirnya kami berhasil masuk. Tak cukup sampai disitu, 'pengawalan' terus ia lakukan saat ibuku sedang melakukan sholat. Sekedar info, sholat disini benar-benar jauh dari kondisi ideal. Jangankan untuk sujud dan ruku, untuk bisa berdiri sempurna saja sudah untung. Hal ini karena begitu berdesakkan dan banyak orang yang lalu lalang. Tanpa dijaga dari dua arah, rasanya memang sulit untuk bisa sujud dengan tenang karena khawatir kepala terinjak. Beruntung ada orang tadi. Entah siapa dan dari mana, yang jelas wajahnya sangat Indonesia.
 
       Selesai ibuku sholat, giliran aku yang sholat dan ibuku yang akan menjaga. Tapi karena situasi yang semakin padat, aku menengok mencari tempat lain yang lebih lowong. Kalau tetap disitu rasanya mustahil untuk aku bisa sujud. Akhirnya terlihat ada tempat yang kosong, kami segera mundur beberapa langkah. Disini tempatku sholat lebih lapang dibanding tadi. Saat itulah kami tak melihat lagi orang yang tadi mengawal. Kemana? Mungkin sudah keluar lebih dulu. Entahlah.
 
 Siapapun dia, terima kasih ya Allah. Hanya Engkaulah yang mampu menggerakkan para mahlukMu...
Sesungguhnya Allah tidak memanggil orang yang mampu, tetapi DIA memampukan orang yang terpanggil...

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada MAHARANI TOUR & TRAVEL yang telah menjadi jembatan dalam menunaikan ibadah umroh ini. Harapan kami ke depannya semoga Bu Ana dan Tim dari MAHARANI bisa lebih baik lagi dalam melayani tamu - tamu Allah. Sukses selalu untuk MAHARANI dan Pak Ustad Hasan Basri yang menjadi nilai tambah dalam pelayanan kepada para jamaah umroh.
 

My Spiritual Journey to Madinah

M a d i n a h

I am in Love...

Ya Allah,
negeri ini adalah tanah haram RasulMU Muhammad SAW,
maka jadikanlah penjaga bagiku dari neraka,
aman dari siksa dan buruknya hisab
[Doa masuk kota Madinah]

Alhamdulillah, kami baru saja menyelesaikan ibadah umroh minggu lalu. Kami menggunakan jasa travel MAHARANI TOUR  yang kantornya  berlokasi di Jl. Pramuka Jaktim. Walau kami sudah survey ke beberapa tempat travel yang menyediakan service Umroh dan Haji entah kenapa kami menjatuhkan pilihan ke MAHARANI TOUR & TRAVEL  ini . Harapan kami tentunya mendapat service yang baik sehingga ibadah kami juga lancar dan berkah.

My Spiritual Journey Umroh ku yang ke-2 kalinya.. Kali ini aku bersama Ibunda tercinta dan sahabat karibku Anggie dan mamanya, kami berempat melakukan ibadah umroh. Sabtu, 29 Maret 2014 adalah hari bersejarah buat kami, dengan Royal Brunei Airlines BI738 take off jam 04.50 pagi kami transit di Bandar Seri Begawan Brunai sebelum bertolak ke Jeddah.. Tiba di Brunai dengan selamat kami melanjutkan perjalanan menuju Jeddah dengan pesawat type yang lebih besar Royal Brunai BI081 take off jam 10.30 pagi dan tiba di Jeddah jam 18.30 sore..
Setelah tiba di Jeddah kami disambut oleh Muttawif /pendamping perwakilan dari MAHARANI TOUR Pak USTAD HASAN BASRI, kami melanjutkan perjalanan dengan Bus AC besar menuju ke Madinah selama 6 jam dan Alhamdulillah kami tiba di Hotel Grand Raudah jam 12 malam. Hotel kami tidak jauh dari Masjid Nabawi.

Adalah sangat beruntung sekali kami di bimbing oleh seorang Ustad Hasan yang sangat cekatan membantu kami selama melakukan ibadah umroh 9 hari di sana. Beliau sangat sabar sekali menghadapi para ibu2 yang cerewet dan banyak maunya ini dan itu , maklum kebanyakan dari 25 jamaah rombongan jumlah perempuannya 19 orang dan 6 laki-laki.. Untung Pak Ustad Hasan Basri mudah beradaptasi dan humoris sehingga perjalanan umroh kami tidak membosankan .. Beliau selalu memberikan tausiah2 yang bermanfaat selama perjalanan napak tilas kami di kota Madinah, Mekkah maupun Jeddah.
Pak Ustad Hasan juga tidak canggung menawarkan bantuan bagi para jamaah yang perlu bantuan, sangat berinisiatif dalam menjalankan tugasnya sebagai pendamping kami dan yang paling kami senang adalah beliau menjalankankan tugasnya dengan tulus dan ikhlas..Masya Allah Luar biasaaaa 2 jempol buat Pak Ustad semoga apa yang sudah dilakukan Pak Ustad menjadi deposito pahala yang besar yang akan diganti Allah SWT di kemudian hari. Aamiin

Sukses deh buat si Ustad Gaul ini,, Pokoknya Ustad RADEN HASAN BASRI TOP BGT daaah..Ok banget. Seneng mempunyai muttawif seperti Ustad Hasan Gaullll ...Very Recommended !! Si Ustad membuat nilai plus untuk MAHARANI TOUR n TRAVEL . Many Big Thanks to Ustad Hasan Basri . Semoga kalau terpanggil ke sana lagi kita bisa ketemu lagi. Aamin

Berikut liputan perjalanan spiritual kami.. semoga bermanfaat sekedar berbagi cerita ..


Bila Mekkah semakin megah.
Maka, Madinah terlihat semakin Indah.
Memang ada perbedaan karakteristik diantara dua kota suci ini. Di Makkah kita akan merasakan semangat, semarak, perjuangan. Sesuatu yang berhubungan dengan gelora. Sementara di Madinah kita akan merasakan ketenangan dan kedamaian. Segala hal yang berhubungan dengan hening.
Dan rasa itulah yang kurasakan saat kembali menjejakkan kaki di Madinah.
Pembangunan di Madinah tak seperti Makkah yang begitu tinggi menjulang. Tetap ada, bahkan juga banyak pembangunan gedung baru menggantikan yang lama, tapi bentuk fisiknya tidak terlalu tinggi. Jadi, hasilnya adalah keindahan.
Payung Raksasa di dpn Masjid
 
Untuk perubahan pada Masjid, perubahan yang paling terlihat adalah pelataran masjid yang kian besar. Juga payung-payung raksasa yang menghiasinya. Jumlahnya semakin banyak dibanding dulu. Jika malam, payung-payung itu kuncup menyerupai tiang-tiang tinggi yang seolah menyangga langit. Namun, jika siang hari, payung-payung mengembang yang setiap ujungnya akan menyentuh ujung payung lain. Membentang melindungi setiap jamaah dari panas terik matahari.
Sekali lagi, terlihat begitu indah….
SambutanNYA di Subuh yang Indah
 
Aku terus melangkah sedapat mungkin ke tempat yang paling depan. Pikiran masih berkecamuk memikirkan kenyataan bahwa aku kini berada di masjid Nabawi. Aku berhenti sekitar 10 meter dari mimbar Nabi dan melakukan sholat sunnah. Depanku sudah cukup penuh sehingga aku memang harus berhenti.
Setelah sholat sunnah, sempat terpikir untuk membaca surat Ar Rahmaan dari salah satu mushaf Quran yang ada di tiang dekatku. Fungsi tiang di masjid ini memang cukup banyak. Selain sebagai penyangga, juga menjadi saluran pendingin dan tempat penyimpanan Al Quran. Tak hanya itu, di bagian bawah tiang juga ada rak sebagai tempat penyimpanan sandal jamaah. Aku menatap Quran berwarna biru tua itu untuk sesaat, tapi aku akhirnya urungkan karena khawatir akan tumpah tangisku.
Surat tersebut memang sering membuatku menangis apabila aku baca dalam keadaan ‘ingin dekat denganNYA’, entah ketika sedang sedih entah saat bahagia. Surat tersebut seakan akan menentramkan hati. Menjawab segala keluh kesah, menjawab segala kebahagiaan. Kalimat “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” seolah mampu menjawab segala bentuk pertanyaan yang seringkali hadir dalam benak. Akhirnya aku memutuskan untuk membaca surah yang lain hingga qomat mulai bergema.
Para jamaah mulai berdiri bersiap-siap melaksanakan sholat. Termasuk juga aku. Sholat subuh pertamaku di Madinah sejak tiba kemaren malam. Bacaan Alfatihah begitu menggetarkan jiwa. Entah mengapa. Apakah aura sang imam begitu kuat terpancar ke seluruh jamaah?
Ataukah aura masjid Nabawi sendiri yang memang sudah begitu kuat karena selama berabad-abad menjadi saksi bagaimana para kekasihNYA bermunajat padaNYA?
Menara Masjid Nabawi
Menara Masjid Nabawi
Entahlah, yang jelas aku begitu meresapi setiap kata yang ia ucapkan. Ketika bacaan Al Fatihah selesai, sang imam kemudian melanjutkan dengan bacaan berikutnya. Dan terdengarlah sebuah surat yang begitu aku kenal..
“Ar rahmaan, alamal quran….”
Aku mengigit bibir. Surah Ar Rahmaan??
Ternyata benar, sang imam melantunkan surat yang begitu aku senangi. Surat yang mampu mengguncang diri. Bahkan untuk saat ini seperti menghujam, karena seolah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadi selalu berkelebat di benak.
 
Mengapa aku bisa ada disini (lagi)?
Mengapa aku bisa berada di Madinah (lagi)?
Mengapa aku bisa sampai di dalam masjid Nabawi (lagi)?
Mengapa aku…
 
Semua seakan terjawab dan ditegaskan dalam kalimat yang pada subuh itu secara berulang-ulang keluar dari mulut sang imam..
 
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
 
Mataku semakin basah seiring dengan lantunan indah tersebut
Kalimat yang mampu masuk ke dalam telinga, meresap menuju seluruh aliran darah di tubuh, merangkul benak memeluk jiwa, dan mewangi di dalam hati…
            Aku merasa sedang disambut olehNYA, disambut dengan surat Ar Rahmaan. Disambut dengan kasih sayangNYA. Mendapat sambutan seperti itu, aku seolah meledak dalam galaksi kebahagiaan, menjadi tiada sekaligus begitu nyata…
 
***
Ya Rasul Salam Alaika
[Ke Makam Nabi Muhammad SAW]
 
 
        Barisan panjang tampak di depan area Raudah, mengantre dengan tertib. Mereka semua hendak berziarah ke maqam Nabi Muhammad SAW. Walaupun cukup panjang, tapi ternyata tak butuh waktu lama untuk bisa berada di depan pintu maqam yang terbuat dari jeruji besi berwarna keemasan. Mengapa bisa cepat? Karena para askar yang menjaga tak akan membiarkan seseorang berhenti terlalu lama di depan maqam. Sama seperti di bukit Uhud maupun maqam Baqi, setiap ada yang menengadahkan tangan di depan maqam, askar akan segera memperingatkannya.

         Agak berdebar hatiku sesaat aku semakin mendekat ke pintu maqam. Tak henti bibir ini mengucapkan salam serta shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Manusia paling mulia yang pernah ada, bahkan orang-orang non muslim mengakui kemuliaannya. Seseorang yang bisa kita jadikan tauladan dalam segala aspek kehidupan. Beliau sukses memberi contoh bagaimana menjadi pemimpin yang benar, ahli diplomasi yang benar, panglima yang benar, pedagang dan cara bisnis yang benar, ayah yang benar, suami yang benar, kerabat yang benar, anak yang benar. Segalanya! Segala peran yang juga akan bisa kita alami, beliau sukses menjalaninya.
Kubah Hijau - Tepat dibawah kubah hijau, terletak maqam Rasulullah SAW
Kubah Hijau - Tepat dibawah kubah hijau, terletak maqam Rasulullah SAW
        Bahkan tak cuma peran, tapi juga cara bersikap, cara menjalani roda kehidupan. Beliau tidak hanya berteori indah belaka, tapi langsung memberi contoh melalui pengalamannya sendiri. Kita bisa mengetahui bagaimana beliau bersikap saat tertindas, bagaimana bersikap saat kemenangan ditangan. Bagaimana saat fitnah menghujam, bagaimana saat pujian merayu. Bagaimana saat batu melayang dan kotoran ditumpahkan, bagaimana saat hadiah-hadiah dipersembahkan. Bagaimana saat terusir dari kampung halamannya, bagaimana saat menguasai segalanya. Bagaimana saat perang berkecamuk, bagaimana saat damai memeluk. Bagaimana saat penghianatan terungkap, bagaimana saat penyesalan terucap. Semua beliau contohkan. Nabi Muhammad adalah guru kita, teladan kita, panutan kita, idola kita. Tak hanya manusia, jin, malaikat, bahkan alam semesta pun berlomba-lomba memuliakannya. Namun begitu mulianya beliau, sehingga justru beliau paling tidak suka saat ada orang yang berdiri untuk menyambut kedatangannya. Indah, pribadi yang indah, ahlak yang indah. Dan makam orang mulia itu kini ada di hadapanku. Subhanallah...

       Aku mengintip ke balik jeruji, gelap tak ada penerangan didalam, sehingga secara samar-samar aku hanya dapat melihat pusara Nabi dan kedua sahabatnya, yaitu Umar bin Khatab dan Abu Bakar as Shidiq. Hanya sebentar, karena aliran antrean harus terus berjalan.

 Allahuma shali alla Muhammad,
 Ya Rabbi shali allaihi washalim
...
Makam Baqi dengan latar Masjid Nabawi
Makam Baqi dengan latar Masjid Nabawi
MAKAM BAQI
 
Selain perubahan fisik, ternyata ada juga hal lain yang berubah.
Peraturan.
Dulu, jangankan didalam, memotret dari luar masjid saja sudah akan didatangi askar. Kini, kita bisa dimana saja mengambil gambar, baik itu dengan kamera ataupun ponsel. Halaman, gerbang, dalam, raudah, makam Rasulullah, bahkan makam Baqi sekali pun. Bebas. Tapi, itu hanya berlaku untuk jamaah pria, karena entah kenapa, jamaah wanita tetap ketat penjagaannya. Setiap masuk masjid pasti semua barang bawaan akan diperiksa, bila ada kamera atau ponsel berkamera maka diminta untuk ditinggal (peraturan ini hanya berlaku di Masjid Nabawi, sementara di masjidil Haram, semua jamaah pria maupun wanita bebas keluar masuk tanpa pemeriksaan). Begitu pula makam Baqi. Dulu para jamaah hanya bisa melihat dari balik jeruji pagar pembatas, kini jamaah (lelaki) diperbolehkan masuk kedalam komplek pemakaman.
 
Masuk ke pemakaman Baqi?.
Dan pada hari itu kami semua dijadwalkan ziarah ke makam Baqi.
Baru saja melewati gerbang pemakaman, segera kami disambut oleh papan besi besar yang berisi pesan bagi para peziarah, sama seperti yang ada di Jabal Uhud. Aku membaca dan mengangguk-angguk mengerti. Bukan karena aku pandai berbahasa Arab, tapi karena pesan tersebut ditulis dalam beberapa bahasa, termasuk dalam bahasa Indonesia. Kalimatnya panjang, tapi intinya adalah mengingatkan agar kita semua berdoa hanya kepada Allah. Salah satunya adalah berbunyi seperti ini:
 
Ziarah kubur disyariatkan dengan tujuan mengingat akhirat. Nabi shallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya dahulu aku melarang kalian dari berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah kubur, karena ia akan mengingatkanmu akan akhirat”
Dilarang berdoa (memohon) kepada orang-orang yang telah mati dan memohon pertolongan kepada mereka serta meminta syafaat dan berbagi hajat, juga dilarang mengusap-usap kuburan mereka.
 
Ini agar kita terhindar dari musyrik. Tampaknya pihak kerajaan benar-benar menjaga adanya kemungkinan orang mengharap selain kepadaNYA. Bahkan tak hanya papan yang mengingatkan hal itu, tetapi juga para askar yang menjaga. Setiap orang menengadahkan tangan, seolah meminta berkah pada ahli kubur, askar dengan tegas akan meminta orang tersebut menurunkan tangan. Dengan bahasa arab, askar mengacungkan jari telunjuknya ke langit. Aku tidak mengerti bahasanya, tapi mendengar ada kata-kata 'Allah' ikut disebutkan, aku menduga bahwa ia mengingatkan agar kita hanya boleh meminta pada Allah SWT. Segala permintaan hendaknya ditujukan hanya kepadaNYA.

Didalam komplek makam, aku tertegun melihat luasnya areal ini. Warna pasir yang coklat muda begitu mendominasi. Sementara tampak tumpukan-tumpukan kecil batu yang berwarna yang lebih tua. Onggokan batu-batu itulah yang menjadi nisan. Tanpa nama, tanpa dibentuk secara khusus. Burung merpati yang jumlahnya sangat banyak terlihat santai mencari makan di antara bulir-bulir pasir. Ya, hanya ada itu yang terlihat. Hamparan pasir, batu dan merpati.
 
Kami terus melangkah, hingga akhirnya kami berhenti disatu makam seseorang. Tak ada bangunan, tak ada nisan yang berarti. Juga tak ada gundukan tanah yang berlebihan. Cenderung rata dengan permukaan bumi. Disana terbaring jasad Khalifah Ustman bin Affan RA… 

Barang siapa melakukan kebaikan di kota Madinah, maka Allah akan memberikan 1.000 kali lipat balasannya. Alhamdulillah...tak berhenti berdzikir memuja MU dan sujud syukur kehadirat MU  ya Rabb..