M a d i n a h
I am in Love...
Ya Allah,
negeri ini adalah tanah haram RasulMU Muhammad SAW,
maka jadikanlah penjaga bagiku dari neraka,
aman dari siksa dan buruknya hisab
[Doa masuk kota Madinah]
Alhamdulillah, kami baru saja menyelesaikan ibadah umroh minggu lalu. Kami menggunakan jasa travel MAHARANI TOUR yang kantornya berlokasi di Jl. Pramuka Jaktim. Walau kami sudah survey ke beberapa tempat travel yang menyediakan service Umroh dan Haji entah kenapa kami menjatuhkan pilihan ke MAHARANI TOUR & TRAVEL ini . Harapan kami tentunya mendapat service yang baik sehingga ibadah kami juga lancar dan berkah.
My Spiritual Journey Umroh ku yang ke-2 kalinya.. Kali ini aku bersama Ibunda tercinta dan sahabat karibku Anggie dan mamanya, kami berempat melakukan ibadah umroh. Sabtu, 29 Maret 2014 adalah hari bersejarah buat kami, dengan Royal Brunei Airlines BI738 take off jam 04.50 pagi kami transit di Bandar Seri Begawan Brunai sebelum bertolak ke Jeddah.. Tiba di Brunai dengan selamat kami melanjutkan perjalanan menuju Jeddah dengan pesawat type yang lebih besar Royal Brunai BI081 take off jam 10.30 pagi dan tiba di Jeddah jam 18.30 sore..
Setelah tiba di Jeddah kami disambut oleh Muttawif /pendamping perwakilan dari MAHARANI TOUR Pak USTAD HASAN BASRI, kami melanjutkan perjalanan dengan Bus AC besar menuju ke Madinah selama 6 jam dan Alhamdulillah kami tiba di Hotel Grand Raudah jam 12 malam. Hotel kami tidak jauh dari Masjid Nabawi.
Adalah sangat beruntung sekali kami di bimbing oleh seorang Ustad Hasan yang sangat cekatan membantu kami selama melakukan ibadah umroh 9 hari di sana. Beliau sangat sabar sekali menghadapi para ibu2 yang cerewet dan banyak maunya ini dan itu , maklum kebanyakan dari 25 jamaah rombongan jumlah perempuannya 19 orang dan 6 laki-laki.. Untung Pak Ustad Hasan Basri mudah beradaptasi dan humoris sehingga perjalanan umroh kami tidak membosankan .. Beliau selalu memberikan tausiah2 yang bermanfaat selama perjalanan napak tilas kami di kota Madinah, Mekkah maupun Jeddah.
Adalah sangat beruntung sekali kami di bimbing oleh seorang Ustad Hasan yang sangat cekatan membantu kami selama melakukan ibadah umroh 9 hari di sana. Beliau sangat sabar sekali menghadapi para ibu2 yang cerewet dan banyak maunya ini dan itu , maklum kebanyakan dari 25 jamaah rombongan jumlah perempuannya 19 orang dan 6 laki-laki.. Untung Pak Ustad Hasan Basri mudah beradaptasi dan humoris sehingga perjalanan umroh kami tidak membosankan .. Beliau selalu memberikan tausiah2 yang bermanfaat selama perjalanan napak tilas kami di kota Madinah, Mekkah maupun Jeddah.
Pak Ustad Hasan juga tidak canggung menawarkan bantuan bagi para jamaah yang perlu bantuan, sangat berinisiatif dalam menjalankan tugasnya sebagai pendamping kami dan yang paling kami senang adalah beliau menjalankankan tugasnya dengan tulus dan ikhlas..Masya Allah Luar biasaaaa 2 jempol buat Pak Ustad semoga apa yang sudah dilakukan Pak Ustad menjadi deposito pahala yang besar yang akan diganti Allah SWT di kemudian hari. Aamiin
Sukses deh buat si Ustad Gaul ini,, Pokoknya Ustad RADEN HASAN BASRI TOP BGT daaah..Ok banget. Seneng mempunyai muttawif seperti Ustad Hasan Gaullll ...Very Recommended !! Si Ustad membuat nilai plus untuk MAHARANI TOUR n TRAVEL . Many Big Thanks to Ustad Hasan Basri . Semoga kalau terpanggil ke sana lagi kita bisa ketemu lagi. Aamin
Sukses deh buat si Ustad Gaul ini,, Pokoknya Ustad RADEN HASAN BASRI TOP BGT daaah..Ok banget. Seneng mempunyai muttawif seperti Ustad Hasan Gaullll ...Very Recommended !! Si Ustad membuat nilai plus untuk MAHARANI TOUR n TRAVEL . Many Big Thanks to Ustad Hasan Basri . Semoga kalau terpanggil ke sana lagi kita bisa ketemu lagi. Aamin
Berikut liputan perjalanan spiritual kami.. semoga bermanfaat sekedar berbagi cerita ..
Bila Mekkah semakin megah.
Maka, Madinah terlihat semakin Indah.
Memang ada perbedaan karakteristik diantara dua kota suci ini. Di
Makkah kita akan merasakan semangat, semarak, perjuangan. Sesuatu yang
berhubungan dengan gelora. Sementara di Madinah kita akan
merasakan ketenangan dan kedamaian. Segala hal yang berhubungan
dengan hening.
Dan rasa itulah yang kurasakan saat kembali menjejakkan kaki di Madinah.
Pembangunan di Madinah tak seperti Makkah yang begitu tinggi
menjulang. Tetap ada, bahkan juga banyak pembangunan gedung baru
menggantikan yang lama, tapi bentuk fisiknya tidak terlalu tinggi.
Jadi, hasilnya adalah keindahan.
Untuk perubahan pada Masjid, perubahan yang paling terlihat adalah
pelataran masjid yang kian besar. Juga payung-payung raksasa yang
menghiasinya. Jumlahnya semakin banyak dibanding dulu. Jika
malam, payung-payung itu kuncup menyerupai tiang-tiang tinggi yang
seolah menyangga langit. Namun, jika siang hari, payung-payung
mengembang yang setiap ujungnya akan menyentuh ujung payung lain.
Membentang melindungi setiap jamaah dari panas terik matahari.
Sekali lagi, terlihat begitu indah….
SambutanNYA di Subuh yang Indah
Aku terus melangkah sedapat mungkin ke
tempat yang paling depan. Pikiran masih berkecamuk memikirkan kenyataan
bahwa aku kini berada di masjid Nabawi. Aku berhenti
sekitar 10 meter dari mimbar Nabi dan melakukan sholat sunnah.
Depanku sudah cukup penuh sehingga aku memang harus berhenti.
Setelah sholat sunnah, sempat terpikir
untuk membaca surat Ar Rahmaan dari salah satu mushaf Quran yang ada di
tiang dekatku. Fungsi tiang di masjid ini memang cukup
banyak. Selain sebagai penyangga, juga menjadi saluran pendingin dan
tempat penyimpanan Al Quran. Tak hanya itu, di bagian bawah tiang juga
ada rak sebagai tempat penyimpanan sandal jamaah. Aku
menatap Quran berwarna biru tua itu untuk sesaat, tapi aku akhirnya
urungkan karena khawatir akan tumpah tangisku.
Surat tersebut memang sering membuatku
menangis apabila aku baca dalam keadaan ‘ingin dekat denganNYA’, entah
ketika sedang sedih entah saat bahagia. Surat tersebut
seakan akan menentramkan hati. Menjawab segala keluh kesah, menjawab
segala kebahagiaan. Kalimat “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?” seolah mampu menjawab segala bentuk
pertanyaan yang seringkali hadir dalam benak. Akhirnya aku
memutuskan untuk membaca surah yang lain hingga qomat mulai bergema.
Para jamaah mulai berdiri bersiap-siap
melaksanakan sholat. Termasuk juga aku. Sholat subuh pertamaku di
Madinah sejak tiba kemaren malam. Bacaan Alfatihah begitu menggetarkan jiwa. Entah
mengapa. Apakah aura sang imam begitu kuat terpancar ke seluruh
jamaah?
Ataukah aura masjid Nabawi sendiri
yang memang sudah begitu kuat karena selama berabad-abad menjadi saksi
bagaimana para kekasihNYA bermunajat padaNYA?
Entahlah, yang jelas aku begitu
meresapi setiap kata yang ia ucapkan. Ketika bacaan Al Fatihah selesai,
sang imam kemudian melanjutkan dengan bacaan berikutnya. Dan
terdengarlah sebuah surat yang begitu aku kenal..
“Ar rahmaan, alamal quran….”
Aku mengigit bibir. Surah Ar Rahmaan??
Ternyata benar, sang imam melantunkan
surat yang begitu aku senangi. Surat yang mampu mengguncang diri. Bahkan
untuk saat ini seperti menghujam, karena seolah
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadi selalu berkelebat di benak.
Mengapa aku bisa ada disini (lagi)?
Mengapa aku bisa berada di Madinah (lagi)?
Mengapa aku bisa sampai di dalam masjid Nabawi (lagi)?
Mengapa aku…
Semua seakan terjawab dan ditegaskan dalam kalimat yang pada subuh itu secara berulang-ulang keluar dari mulut sang imam..
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Mataku semakin basah seiring dengan lantunan indah tersebut
Kalimat yang mampu masuk ke dalam
telinga, meresap menuju seluruh aliran darah di tubuh, merangkul benak
memeluk jiwa, dan mewangi di dalam hati…
Aku merasa
sedang disambut olehNYA, disambut dengan surat Ar Rahmaan. Disambut
dengan
kasih sayangNYA. Mendapat sambutan seperti itu, aku seolah meledak
dalam galaksi kebahagiaan, menjadi tiada sekaligus begitu nyata…
***
Ya Rasul Salam Alaika
[Ke Makam Nabi Muhammad SAW]
Barisan panjang
tampak di depan area Raudah, mengantre dengan tertib. Mereka semua
hendak berziarah ke maqam
Nabi Muhammad SAW. Walaupun cukup panjang, tapi ternyata tak butuh
waktu lama untuk bisa berada di depan pintu maqam yang terbuat dari
jeruji besi berwarna keemasan. Mengapa bisa cepat? Karena
para askar yang menjaga tak akan membiarkan seseorang berhenti
terlalu lama di depan maqam. Sama seperti di bukit Uhud maupun maqam
Baqi, setiap ada yang menengadahkan tangan di depan maqam,
askar akan segera memperingatkannya.
Agak berdebar
hatiku sesaat aku semakin mendekat ke pintu maqam. Tak henti bibir ini
mengucapkan salam
serta shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Manusia paling mulia yang
pernah ada, bahkan orang-orang non muslim mengakui kemuliaannya.
Seseorang yang bisa kita jadikan tauladan dalam segala aspek
kehidupan. Beliau sukses memberi contoh bagaimana menjadi pemimpin
yang benar, ahli diplomasi yang benar, panglima yang benar, pedagang dan
cara bisnis yang benar, ayah yang benar, suami yang
benar, kerabat yang benar, anak yang benar. Segalanya! Segala peran
yang juga akan bisa kita alami, beliau sukses menjalaninya.
Bahkan tak cuma peran, tapi
juga cara bersikap, cara menjalani roda kehidupan. Beliau tidak hanya
berteori indah belaka,
tapi langsung memberi contoh melalui pengalamannya sendiri. Kita
bisa mengetahui bagaimana beliau bersikap saat tertindas, bagaimana
bersikap saat kemenangan ditangan. Bagaimana saat fitnah
menghujam, bagaimana saat pujian merayu. Bagaimana saat batu
melayang dan kotoran ditumpahkan, bagaimana saat hadiah-hadiah
dipersembahkan. Bagaimana saat terusir dari kampung halamannya,
bagaimana saat menguasai segalanya. Bagaimana saat perang
berkecamuk, bagaimana saat damai memeluk. Bagaimana saat penghianatan
terungkap, bagaimana saat penyesalan terucap. Semua beliau
contohkan. Nabi Muhammad adalah guru kita, teladan kita, panutan
kita, idola kita. Tak hanya manusia, jin, malaikat, bahkan alam semesta
pun berlomba-lomba memuliakannya. Namun begitu mulianya
beliau, sehingga justru beliau paling tidak suka saat ada orang yang
berdiri untuk menyambut kedatangannya. Indah, pribadi yang indah, ahlak
yang indah. Dan makam orang mulia itu kini ada di
hadapanku. Subhanallah...
Aku mengintip ke
balik jeruji, gelap tak ada penerangan didalam, sehingga secara
samar-samar aku hanya dapat
melihat pusara Nabi dan kedua sahabatnya, yaitu Umar bin Khatab dan
Abu Bakar as Shidiq. Hanya sebentar, karena aliran antrean harus terus
berjalan.
Allahuma shali alla Muhammad,
Ya Rabbi shali allaihi washalim
...
MAKAM BAQI
Selain perubahan fisik, ternyata ada juga hal lain yang berubah.
Peraturan.
Dulu, jangankan didalam, memotret dari luar masjid saja sudah akan
didatangi askar. Kini, kita bisa dimana saja mengambil gambar, baik itu
dengan kamera ataupun ponsel. Halaman, gerbang, dalam,
raudah, makam Rasulullah, bahkan makam Baqi sekali pun. Bebas. Tapi,
itu hanya berlaku untuk jamaah pria, karena entah kenapa, jamaah wanita
tetap ketat penjagaannya. Setiap masuk masjid pasti
semua barang bawaan akan diperiksa, bila ada kamera atau ponsel
berkamera maka diminta untuk ditinggal (peraturan ini hanya berlaku di
Masjid Nabawi, sementara di masjidil Haram, semua jamaah
pria maupun wanita bebas keluar masuk tanpa pemeriksaan). Begitu
pula makam Baqi. Dulu para jamaah hanya bisa melihat dari balik jeruji
pagar pembatas, kini jamaah (lelaki) diperbolehkan masuk
kedalam komplek pemakaman.
Masuk ke pemakaman Baqi?.
Dan pada hari itu kami semua dijadwalkan ziarah ke makam Baqi.
Baru saja melewati gerbang pemakaman, segera kami disambut
oleh papan besi besar yang berisi pesan bagi para peziarah, sama seperti
yang ada di Jabal Uhud. Aku membaca dan mengangguk-angguk
mengerti. Bukan karena aku pandai berbahasa Arab, tapi karena pesan tersebut ditulis dalam beberapa bahasa, termasuk dalam bahasa Indonesia. Kalimatnya panjang, tapi
intinya adalah mengingatkan agar kita semua berdoa hanya kepada Allah. Salah satunya adalah berbunyi seperti ini:
Ziarah kubur disyariatkan dengan tujuan mengingat akhirat. Nabi
shallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya dahulu aku melarang
kalian dari berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah
kubur, karena ia akan mengingatkanmu akan akhirat”
Dilarang berdoa (memohon) kepada orang-orang yang telah mati dan
memohon pertolongan kepada mereka serta meminta syafaat dan berbagi
hajat, juga dilarang mengusap-usap kuburan mereka.
Ini agar kita terhindar dari musyrik. Tampaknya
pihak kerajaan benar-benar menjaga adanya kemungkinan orang mengharap
selain kepadaNYA. Bahkan tak hanya papan yang mengingatkan
hal itu, tetapi juga para askar yang menjaga. Setiap orang
menengadahkan tangan, seolah meminta berkah pada ahli kubur, askar
dengan tegas akan meminta orang tersebut menurunkan tangan. Dengan
bahasa arab, askar mengacungkan jari telunjuknya ke langit. Aku
tidak mengerti bahasanya, tapi mendengar ada kata-kata 'Allah' ikut
disebutkan, aku menduga bahwa ia mengingatkan agar kita hanya
boleh meminta pada Allah SWT. Segala permintaan hendaknya ditujukan
hanya kepadaNYA.
Didalam komplek makam, aku tertegun melihat luasnya areal ini.
Warna pasir yang coklat muda begitu mendominasi. Sementara tampak
tumpukan-tumpukan kecil batu yang berwarna yang lebih tua.
Onggokan batu-batu itulah yang menjadi nisan. Tanpa nama, tanpa
dibentuk secara khusus. Burung merpati yang jumlahnya sangat banyak
terlihat santai mencari makan di antara bulir-bulir pasir. Ya,
hanya ada itu yang terlihat. Hamparan pasir, batu dan merpati.
Kami terus melangkah, hingga akhirnya kami berhenti disatu makam
seseorang. Tak ada bangunan, tak ada nisan yang berarti. Juga tak ada
gundukan tanah yang berlebihan. Cenderung rata dengan
permukaan bumi. Disana terbaring jasad Khalifah Ustman bin Affan RA…
Barang siapa melakukan kebaikan di kota Madinah, maka Allah akan memberikan 1.000 kali lipat balasannya. Alhamdulillah...tak berhenti berdzikir memuja MU dan sujud syukur kehadirat MU ya Rabb..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar