Pada dasarnya saya orang yang senang
berbagi ilmu, bekerja sebagai seorang trainer yang job desc nya berbagi informasi, memberikan pelatihan, saya lebih senang menyebutnya
berbagi pengalaman , sharing apa saja yang saya ketahui dengan tujuan supaya
orang yang membaca atau mendengar ikut melakukan hal yang sama atau berubah
kearah kebaikan. Karena prinsip saya kalau orang itu merasa terinspirasi dan melakukan
akibat motivasi kita maka apa yang mereka kerjakan pahalanya pun akan mengalir sampai
ke kita. Kalau bekerja sudah dengan hati dan hasilnya bisa bermanfaat buat
banyak orang, maka bukan cuma rejeki yang berkah yang kita dapatkan di dunia
tetapi pahala yang mengalir yang akan menjadi ladang deposito kita di akherat.
Nah tahun lalu tepatnya lebaran
haji saya pernah memasang status di BB seperti ini “ Nikmatnya bisa berbagi
kebersamaan dengan berqurban tahun ini”
Lalu tak berapa lama menyusul ada
salah satu teman saya pasang status di bb nya“ sedekah kok dipamer-pamerkan .
Mudah- mudahan saya tidak termasuk orang yang riya”
Saya tersenyum dalam hati membaca
statusnya. Walaupun saat itu saya tidak menanggapi karena saya selalu
berpikiran positif dan tidak mau ber su’udzon kalau status itu ditujukan pada
saya, jadi saya hanya memakluminya karena mungkin dia belum mengerti maksud dan
niat saya tulis status tsb.
Sesungguhnya kita tidak berhak
menilai ibadah seseorang. Karena semua nya tergantung niat si pemberi sedekah. Dari
mana kita tahu niat seseorang bersedekah? Semua kembali kepada Allah Sang MAHA
MENGETAHUI segala sesuatu yang tersirat maupun tersurat.
Dan saat itu niat saya simple
karena terbiasa berbagi ilmu, saya ingin menyemangati, mengajak mereka turut berbuat
hal kebaikan yang bermanfaat bagi banyak orang yaitu bersedekah atau berqurban.
Mengajak mereka melakukan hal kebaikan. Bukankan ada ayat yang berbunyi “
sampaikan lah walau hanya satu ayat ” tentang kebaikan kita sebagai umat muslim
wajib menyampaikan / mengingatkan saudara kita untuk menuju kebaikan, pokoknya niat saya untuk kebaikan agar hidup
mereka lebih baik lagi.
Saya jadi ingat quate yang sangat
saya sukai “ Bedanya PEMENANG dengan PECUNDANG adalah apabila di beri motivasi
maka seorang PEMENANG akan terinspirasi, tetapi untuk seorang PECUNDANG akan
merasa terintimidasi”
Berikut penjelasan mengenai riya
saya kutip dari sang motivator otak kanan “Ippho Right Santosa” di bukunya
Percepatan Rezeki dalam salah satu seminar yang pernah saya hadiri:
Memang, sedekah terang – terangan
berpotensi menimbulkan riya (PAMER). Tetapi jangan lupa, sedekah diam – diam
juga berpotensi menimbulkan ujub ( bangga diri) . Yang dilarang itu bukan
terang – terangan atau diam – diamnya. Yang di larang itu riya dan ujubnya.
Jadi mau terang- terangan kek, mau diem
– dieman kek, mau bareng-bareng kek sedekahnya atau sendiri – sendiri, tetap
saja bersedekah. Yang penting PELIHARA NIAT nya. Kalaupun terlintas perasaan macam
– macam ya sudah, istighfar saja. Jadi teteplah bersedekah dan berusaha ikhlas
(ada juga yang sedekah diem – diem, karena takut ketahuan. Ketahuan sedekahnya sedikit ! hehehe)
Lebih jauh lagi, sedekah diem – diem
punya keutamaan tersendiri. Sedekah terang – terangan juga punya keutamaan
tersendiri. Ini bisa menjadi penyemangat, syiar dan dakwah bagi yang lain. Toh,
ada lima ayat yang membolehkan. Para sahabat Nabi pun pernah melakoninya.
Ringkasnya, boleh sedekah diam –
diam, boleh juga terang – terangan. Yang tidak boleh itu, terang – terangan
tidak bersedekah malah menfitnah lagi hehehehe.....