Sabtu, 22 Maret 2014

Dan Semesta pun Bertawaf (My Spiritual Journey to Mekkah)

M a k k a h

Yang Semakin Megah

Ya Allah, kota ini adalah Tanah Haram-Mu
dan tempat yang aman.
Maka hindarkanlah dagingku, darahku, rambutku dan kulitku dari neraka.
Amankanlah aku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali hamba-hamba-Mu.
Masukkanlah aku ke dalam golongan wali-wali-Mu
dan ahli tha'at pada-Mu.
Aamin.
[Doa masuk kota Makkah]

Tibalah kami di kota Mekkah setelah 3 hari beribadah di kota Madinah. Masih di dampingi si Ustad Gaul Hasan Basri kami menginap di AL REYADAH  GRAND HOTEL. Hotelnya bagus lumayan tidak terlalu jauh ke Masjidil Haram.

Berikut Liputan Perjalanan Umroh kami selama di kota Mekkah :

Makkah kini semakin megah
Gedung-gedung tinggi sedang dibangun dengan kecepatan yang luar biasa. Bahkan satu menara sudah jadi. Tingginya mencapai 601 meter. Sampai tulisan ini dibuat, berarti gedung yang diberi nama Abraj Al Bait, atau dalam bahasa inggrisnya 'The Mecca Royal Clock Tower' menjadi gedung tertinggi kedua di dunia setelah gedung Burj Khalifa, 828 meter, yang ada di Dubai. Bentuk puncaknya mirip Big Ben, alias ada jam besarnya. Ada tujuh buah menara yang menjadi bagian dari gedung tersebut. Rencananya, suara adzan yang dikumandangkan dari tempat itu akan bisa didengar hingga jarak 7 km, sementara cahaya lampu dari jamnya akan memancar hingga jarak 30km. Subhanallah
 
 
Kabah dengan Menara Jam
Dan itulah yang akan dilihat oleh para jamaah haji saat nanti mereka tiba di kota Mekkah.
 
Teringat pengalaman umrah pertamaku 4 tahun yang lalu, saat melakukan tawaf, kita jadi harus berhati-hati.Karena bila tidak, dari ekor mata, kita akan dapat melihat kemegahan menara tersebut. Pandangan ke kiri terlihat Kabah, meleng sedikit ke kanan, akan menemukan menara itu. Apalagi bila tawafnya dilakukan malam hari, semakin jelas saja keberadaannya karena lampu-lampu yang gemerlap ditambah dengan cahaya hijau dari jamnya. Tapi tenang saja, bagaimana pun getaran yang terpancar dari Kabah jauh lebih kuat, Kabah bagai pusat gravitasi yang begitu hebat yang menarik segenap jiwa para jamaah, sehingga Insya Allah, ibadah tak akan terganggu…
Semesta pun Bertawaf
 
 
Masjidil Haram..
Masjid paling mulia di muka bumi…
Kabah... aku datang (lagi) 
Aku kembali kehilangan kata-kata untuk menjelaskan betapa bergemuruhnya dada ini saat memandang bangunan masjid dihadapan. Begitu pula dengan yang lain, karena hampir semua anggota rombongan tak ada yang berkata-kata kecuali Ustad Hasan yang senantiasa terus memberi bimbingan. Walaupun ini bukan kali pertama aku memandangnya, tetap saja aku tidak bisa menjelaskan dengan baik apa yang dirasakan saat kembali melihat masjidil Haram.
Beserta seluruh rombongan kami melangkah memasuki gerbang satu yang diberi nama gerbang King Abdul Aziz. Saat didalam aku sudah tidak sempat memperhatikan sekeliling lagi, aku terlalu berdebar saat memasuki masjid.
Ketika pintu masuk terlewati dan berjalan beberapa langkah di dalam masjid. Tampaklah dihadapan kami semua, bangunan berbentuk kubus, yang diselimuti oleh kain sutera hitam.
Suatu bangunan yang dibangun oleh Nabi Ibrahim bersama puteranya Nabi Ismail. Suatu bangunan yang menjadi “rumah” paling tua di muka bumi ini. Suatu bangunan yang memiliki enam sisi sehingga seolah menghadap ke segala arah, utara, selatan, timur, barat, atas dan bawah. Suatu bangunan yang tiada apapun didalamnya, hanya ada kekosongan.
Itulah Kabah.
Kita memang tidak menyembah kabah, tidak menyembah batu hitam, tidak menyembah bangunan, Kabah hanyalah arah, Kabah hanyalah petunjuk.
Kabah saat ini berada di hadapanku.
Tak berhenti menangis menatap kabah... 
Mataku melihat pemandangan yang menakjubkan. Seolah suatu pertunjukan tentang bagaimana alam semesta bekerja. Sebagai pusat, di sekeliling kabah penuh dengan orang yang bertawaf. Berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Bergelombang bagai pusaran air, teratur bagai orbit benda-benda angkasa pada matahari.
Inilah pertunjukan semesta!
Karena ternyata tawaf, atau gerakan berputar mengelilingi satu pusat ini juga dilakukan oleh semua mahluk, semua materi, segala hal penghuni alam semesta ini. Dari atom yang terkecil, hingga galaksi yang begitu luas. Semua terbukti melakukan tawaf, bergerak mengelilingi suatu inti.
Disini aku menyaksikan suatu pesan mengenai tauhid yang sangat jelas dari Sang Maha Pencipta, bahwa hanya ada satu pusat, hanya ada satu Tuhan, hanya ada satu Yang Maha Segalanya. Sementara yang lain hanyalah mahluk, hanyalah hamba, hanyalah ciptaan, hanyalah partikel-partikel yang terus bergerak mengelilingiNYA.
Malam itu, kami melaksanakan umrah. Tepat jam 12 malam kami melaksanakan umroh pertama didampingi Ustad Hasan yang tak kunjung lelah terus membimbing doa selama berjalannya tawaf dan sa'i 
Melebur bersama yang lain dalam kebersamaan. Tak ada lagi perbedaan warna kulit, jabatan, suku, golongan dan budaya. Semua menjadi satu dalam harmonisasi tawaf, semua menjadi satu dan berputar bersama mengelilingi pusat yang satu, semua menjadi satu dalam gelora cinta yang sama.
Allah adalah pusat segala hal, Allah adalah cinta yang satu, Allah adalah segalanya. Hatiku lirih berbisik -Terima kasih ya Allah, telah mengundang kami semua, dan mengijinkan kami melakukan thawaf bersama semesta- Alhamdulillah selama melaksanakan umroh tidak ada halangan yang berarti semua dimudahkan Allah karena niat kami dari tanah air semata - mata hanya untuk beribadah kepada MU ya Rabb. Saya menyelesaikan umroh 3 kali selama di MEkkah dan Ibu saya bisa menyelesaikan umroh sebanyak 2 kali luaaar biasaaaa.. Subhanallah padahal selam di tanah air berjalan sebentar saja sudah merasa capek tapi kemaren ibuku tanpa ada keluhan sama sekali tetap semangat mengikuti ritual sesuai anjuran Ustad Hasan.
 
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
(QS. Ali Imran:96)
Pengawalan Istimewa
[Bersujud di Hijir Ismail]
 
 
        Sama seperti Hajar Aswad yang butuh perjuangan untuk menghampirinya, begitu pula dengan Hijir Ismail. Tak mudah untuk memasuki area ini karena ukurannya yang tidak besar menjadikan kita harus berdesak-desakkan dengan jamaah lain.
        Mengapa bersusah-susah untuk masuk ke Hijir Ismail? Karena tempat ini juga termasuk tempat-tempat utama untuk berdoa (selain Multazam dan Maqam Ibrahim). Banyak riwayat yang menceritakan keistimewaannya.
Hijir Ismail saat penuh (gambar diambil dari vivanews)
Hijir Ismail saat penuh
      Ada pengalaman unik saat aku dan ibuku berusaha masuk ke Hijir Ismail. Saat tubuh semakin terdesak, tiba-tiba ada orang yang merentangkan tangan, seolah-olah melindungi kami. Begitu terus hingga akhirnya kami berhasil masuk. Tak cukup sampai disitu, 'pengawalan' terus ia lakukan saat ibuku sedang melakukan sholat. Sekedar info, sholat disini benar-benar jauh dari kondisi ideal. Jangankan untuk sujud dan ruku, untuk bisa berdiri sempurna saja sudah untung. Hal ini karena begitu berdesakkan dan banyak orang yang lalu lalang. Tanpa dijaga dari dua arah, rasanya memang sulit untuk bisa sujud dengan tenang karena khawatir kepala terinjak. Beruntung ada orang tadi. Entah siapa dan dari mana, yang jelas wajahnya sangat Indonesia.
 
       Selesai ibuku sholat, giliran aku yang sholat dan ibuku yang akan menjaga. Tapi karena situasi yang semakin padat, aku menengok mencari tempat lain yang lebih lowong. Kalau tetap disitu rasanya mustahil untuk aku bisa sujud. Akhirnya terlihat ada tempat yang kosong, kami segera mundur beberapa langkah. Disini tempatku sholat lebih lapang dibanding tadi. Saat itulah kami tak melihat lagi orang yang tadi mengawal. Kemana? Mungkin sudah keluar lebih dulu. Entahlah.
 
 Siapapun dia, terima kasih ya Allah. Hanya Engkaulah yang mampu menggerakkan para mahlukMu...
Sesungguhnya Allah tidak memanggil orang yang mampu, tetapi DIA memampukan orang yang terpanggil...

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada MAHARANI TOUR & TRAVEL yang telah menjadi jembatan dalam menunaikan ibadah umroh ini. Harapan kami ke depannya semoga Bu Ana dan Tim dari MAHARANI bisa lebih baik lagi dalam melayani tamu - tamu Allah. Sukses selalu untuk MAHARANI dan Pak Ustad Hasan Basri yang menjadi nilai tambah dalam pelayanan kepada para jamaah umroh.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar