Jumat, 16 Mei 2014

Kota Tanpa Logika





Alhamdulillah... saya diberikan kesempatan untuk memenuhi panggilan menjadi Tamu Allah berkunjung ke Tanah Suci kembali untuk kedua kalinya.. Dan selama perjalanan di sana saya melakukan ibadah umroh sebanyak 5 kali..Alhamdulillah saya baru saja melaksanakan ibadah umroh bersama ibu saya April lalu.

Setiap kali menjalankan ibadah umroh di Tanah Suci, saya sering menyaksikan banyak hal yang tidak masuk logika. Namun hal itu nyata terjadi di depan mata kepala saya sendiri. Seorang olahragawan yang badannya bugar tak bisa mencium hajar aswad karena sangat dibutuhkan fisik yg kuat untuk berdesak2 an dengan ribuan org lainnya..sementara nenek tua yang sudah renta berumur 85 th yang tergabung di jamaah saya bisa menciumnya.



Contoh lain, ketika saya meledek sahabat dengan berkata, “Ya ampun, thawaf kok di lantai atas bukan di dekat Ka’bah. Cemen itu. Kurang tantangannya karena di lantai atas jamaah tidak sepadat di bawah dekat Kabah .” Selang beberapa waktu kemudian ibu saya memohon, “Mba, temenin thawaf di lantai atas, ya.” Sayapun menyanggupinya. “Ah, itu hal sangat mudah,” kata saya dalam hati.

Namun, Anda tahu apa yang terjadi? Saya tak dibolehkan thawaf di lantai atas, pintu masuknya dijaga askar (polisi). Saya mencoba lagi masuk, tak berhasil juga. Saya berusaha negosiasi dengan askar tapi dicuekin dan tetap tak boleh masuk. Sementara yg lain diijinkan melenggang masuk ke tempat thawaf.

Saat di Masjid Nabawi saya menemani 7 jamaah yang sudah tua untuk sholat dan berdoa di Raudhah (taman surga) depan makam Nabi Muhammad SAW. Karena tempatnya sempit, saya memprioritaskan mereka untuk melakukannya. “Masih banyak kesempatan, nanti setelah mereka selesai saya akan ke Raudhah sendiri,” bisik saya dalam hati.

Setelah mereka mendapat tempat saya pun beranjak hendak meninggalkan Raudhah karena saat itu kondisinya sangat padat. Tapi, tanpa diduga, saya dan ibu saya diberi tempat yang nyaman di dekat mimbar Rasulullah oleh petugas yang menjaga Raudhah. Alhamdulillah, nikmatnya benar-benar terasa.

Ada lagi kejadian yang saya alami ketika saya dan ibu saya beserta sahabat saya melakukan shalat maghrib depan Kabah di masjidil haram...Seorang askar (penjaga masjid) dari Indonesia asal Cianjur menyapa saya.."Artis yaaa? Mba Artis yaa? Cantik sekali .. Jilbabnya bagus..

Saya dan Ibu saya hanya tersenyum.. Lalu kami pulang kembali ke hotel tuk beristirahat.. Selepas makan malam di hotel saya menceritakan kejadian td sore kepada penjaga catering yg kebetulan org Palembang sdh lama di Mekkah 4 th.

Dia hanya berkata begini :
Permen yang dibungkus dengan permen yang tidak dibungkus apabila keduanya jatuh ke tanah berdebu ..maka mana yang akan dipungut/diambil laki2 ?

Jleeeeppp ..perumpamaan kata2 yg sangat simple tapi maknanya sangat dalaaaam menusuk kalbu sanubari aku...
Sepulang umroh saya memutuskan untuk berhijab per tgl 8 April 2014 saya memulai kehidupan baru dengan bismillah karna ternyata perintah berhijab itu wajib hukumnya sama seperti perintah shalat dan puasa.
Walhasil semua rok2 mini, tang top dan sex dress saya hibahkan ke org2 yg membutuhkan di kantor. Yaaah cukup suami saja nanti yg menikmati tang top dan sex dress aku hehehe

Sekarang saya lagi belajar memperbaiki diri dan slalu bertumbuh ke arah kebaikan setiap hari agar jodoh kita juga baik. Jodoh kita itu cerminan dari diri kita.. Kl kita baik maka akan dpat jodoh yg baik dan berkelas juga..

Jangan sampe terlambat ketika kita dipanggil menghadap Allah baru memakai jilbab alias kain kafan..


Ibadah haji atau umroh adalah berkunjung ke “kota tanpa logika”. Jika Anda berhitung dengan logika kemungkinan besar Anda tak akan pernah menjalankannya. Maka jauhilah pernyataan “dengan tingkat penghasilan saya yang tak seberapa kayaknya mustahil saya ke tanah suci”.
Kuncinya niat tulus ikhlas dan berkemauan keras.. Karna sesungguhnya Allah tidak memanggil org2 yang mampu tetapi Allah memampukan org2 yang terpanggil.

Logika Allah sangat berbeda dengan logika manusia. Maka, saat hendak menjadi tamu Allah jangan gunakan logika manusia. Berniatlah dengan membuka tabungan khusus ke Tanah Suci, berdoa dan berusahalah dengan sungguh-sungguh dan biarkan Allah SWT yang mengaturnya. Cobalah…saya sudah merasakannya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar