Kamis, 08 Agustus 2013

Malaikat Tanpa Sayap

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering meratapi nasibnya memikirkan anaknya yang mempunyai tabiat sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mabuk, dan melakukan tindakan-tindakan negatif lainnya. Ia selalu berdoa memohon, "Tuhan, tolong sadarkan anak yang kusayangi ini, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati." Tetapi, si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya.

Suatu hari, anak itu dibawa kehadapan raja untuk diadili setelah tertangkap lagi saat mencuri dan melakukan kekerasan di rumah penduduk desa. Perbuatan jahat yang telah dilakukan berkali-kali, membawanya dijatuhi hukuman mati. Diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan di depan rakyat desa keesokan harinya, tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu membuat si ibu menangis sedih. Doa pengampunan terus dikumandangkannya sambil dengan langkah tertatih dia mendatangi raja untuk memohon anaknya jangan dihukum mati. Tapi keputusan tidak bisa diubah! Dengan hati hancur, ibu tua kembali ke rumah.

Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat telah berkumpul di lapangan. Sang algojo tampak bersiap dan si anak pun pasrah menyesali nasib dan menangis saat terbayang wajah ibunya yang sudah tua.

Detik-detik hukuman mati akhirnya tiba. Namun setelah lewat lima menit dari pukul 06.00, lonceng belum berdentang. Suasana pun mulai berisik. Petugas lonceng pun kebingungan karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada! Saat mereka semua sedang bingung, tibatiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Seluruh hadirin berdebar-debar menanti, apa gerangan yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua. Dia tampak memeluk bandul dan diduga meninggal saat tubuhnya membentur dinding lonceng.



Si ibu mengorbankan diri untuk anaknya. Malam harinya dia bersusah payah memanjat dan mengikatkan dirinya ke bandul di dalam lonceng. Dia berharap lonceng tidak pernah berdentang demi menghindari hukuman untuk anaknya.

Semua orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak menangis sedih, menyaksikan tubuh ibunya terbujur kaku. Penyesalan selalu datang terlambat!

Teman2ku tersayang...

Buat saya ..Ibu itu bagaikan malaikat tanpa sayap...semua kata yg keluar dari mulut Beliau merupakan doa buat saya anaknya.. Doa restu seorang ibu adalah perpanjangan tangan Tuhan...Adalah seorang IBU, IBU dan IBU yg Rasullulloh minta kita tuk menghormatinya terlebih dahulu sebelum Ayah dan yg lain. Ibulah yg mengandung kita selama sembilan bulan 10 hari, Ibu juga yg rela berkorban bertaruh nyawa melahirkan kita,Ibulah yg menyusui kita, dan Ibulah yg rela bangun tengah malam tuk merawat kita ketika kita sedang sakit sewaktu kecil..

Kasih ibu kepada anaknya sungguh tiada taranya. Lihat kisah ilustrasi di atas. Betapa pun bandelnya si anak, seorang ibu rela berkorban dan akan tetap mengasihi sepenuh hidupnya.

Maka selagi ibu kita masih hidup, kita layak melayani, menghormati, mengasihi, dan mencintainya. Perlu kita sadari pula suatu hari nanti, kitapun akan menjadi orangtua dari anak-anak kita, yang pasti kita pun ingin dihormati, dicintai dan dilayani sebagaimana layaknya sebagai orangtua.

Di antara keluarga ataupun sebagai sesama manusia.. jika kita bisa saling menghargai, menyayangi, mencintai, dan melayani, niscaya hidup ini akan terasa lebih indah dan membahagiakan.

Cinta sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui namun pada apa yang telah dikerjakan tapi tidak diketahui. Kisah pengorbanan ibu tadi adalah wujud sebuah cinta sejati yang tidak bisa dinilai dan digantikan dengan apapun. Inilah makna sesungguhnya dari sebuah cinta yang murni, cinta seorang ibu kepada anaknya tanpa pamrih.

Mari, jadikan ibu kita sebagai suri teladan untuk terus berbagi kebaikan. Jadikan beliau sebagai panutan yang harus selalu diberikan penghormatan. Sebab, dengan memerhatikan dan memberikan kasih sayang kembali kepada para ibu, kita akan menemukan cinta penuh ketulusan dan keikhlasan, yang akan membimbing kita menemukan kebahagiaan sejati dalam kehidupan.

Yuuk yang masih punya Ibu ..mumpung momennya tepat di Hari Raya Idul Fitri ini minta maaf sama Ibu kita..Satu kali Pelukan dan ciuman kita sekarang akan sangat berarti ketimbang Seribu
Pelukan kita di Nisan beliau nanti...


Note : terinpirasi film kemaren baru saja aku tonton " Semoga Bunda DiSayang Allah" .. I luv u Mom...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar