Senin, 05 Agustus 2013

Cinta itu seharusnya indah

Matahari mulai tergelincir dari titik tertingginya siang hari tadi, ketika saya dan 5 sahabat di PIM tengah memulai percakapan mengenai persiapan mudik ke kampung halamannya masing-masing. Sebagian sudah ada yang sampai di tempat tujuan, sebagiannya lagi sedang mempersiapkan perbekalan yang akan dibawa. Kemudian meluncurlah sentilan kalimat yang keluar dari mulut Rani, yang menuliskan, “packing: done | tiket: done | baju lebaran: done | jodoh: ……”. Sejurus kemudian, perbincangan sore itu menghadirkan sesuatu yang menarik untuk disimak, karena kata “jomblo, single atau jodoh” memang merupakan kata yang bisa membuat perbincangan menjadi hangat dan seru.
Beberapa teman yang tengah sibuk packing mudik mungkin juga sedang sibuk menyiapkan alasan mengenai statusnya yang masih Jomblo/single termasuk saya hehehe. Sementara yang lainnya menimpali, ada yang beralasan sedang berkelana ingin mencari ilmu Allah yang Maha Luas sedangkan alasan klise saya dari tahun ke tahun adalah karena sibuk kerja mengejar karir, ingin membahagiakan orangtua dulu dan mencari yang sempurna untuk menjadi imam dunia akhirat hehehhe...Perbincangan kemudian berlanjut dengan pertanyaan, “begitu sulitnyakah untuk mengarungi kehidupan bersama kekasih hati, sampai-sampai perlu sekolah pernikahan…?? “Barangkali kini lebih banyak timbul persoalan yang kompleks dan rumit untuk mendapatkan pasangan yang serasi dan serasa”. Aku menjawab : Segala sesuatu hal itu pada dasarnya tidak ada yang rumit, toh kitab suci Al-Quran yang berbahasa Arab pun, dapat dengan mudah dihafalkan oleh anak-anak kecil saat ini, yang membuatnya rumit cuma diri kita sendiri,tergantung cara pandang kita.

Tidak pernah seorang manusia berjalan sendirian, kecuali ada Allah yang selalu mengawasi dan dua malaikat dengan pena yang siap mencatat segala amal. Bagi yang single, mereka tidak pernah merasa kesepian juga, karena punya Allah dan keluarga tersayang. Namun akan lebih tidak kesepian lagi kala ada sang imam rumah tangga berdoa usai sholat dan ada makmum seorang istri sholehah yang mengaminkan…kesyahduannya akan mampu mengalahkan semilir angin dingin di pegunungan. Mempunyai pasangan jiwa itu memang indah, jika masih sendiri, ibarat membaca “waladh dhaallin” tanpa ucapan Aamiin, tak sempurna bacaan Al-Fatihah kita…
Menikah itu untuk menyempurnakan ibadah dan melengkapi hidup kita...
Ada orang yang menyayangi kita, berbagi cerita segala hal tiap hari, mengisi dan mewarnai hidup kita, ada canda tawa si kecil nantinya..berbagi tanggungjawab dan kebahagiaan bersama..

Cinta seharusnya menjadi indah, hanya saja kita sering mendapati fakta yang berbeda dari yang seharusnya dirasakan. Ada yang berakhir dengan tragis, cerai baru seumur jagung pernikahan, ada yang bertepuk angin tak terbalas, namun dalam banyak hal, lebih banyak yang kemudian menemukan kedamaian setelah dipertemukan dengan cinta tersebut. Kalau cuma merayu, semua pembohong juga bisa melakukannya. Tapi sekali kata “Aku Mencintaimu” terucap, itu berarti kita sudah harus siap dengan semua konsekuensi yang muncul sesudahnya. Aku mencintaimu seperti halnya Iman, lahir dari keyakinan dan hati yang mantap, ditegakkan oleh lisan dan dilanjutkan dengan pengorbanan. Aku mencintaimu itu adalah sebuah kalimat sakral dari jiwa yang tak pantas untuk diobral. Di balut dalam ucapan ijab kabul dimana malaikat turun ke bumi sebagai saksi janji suci bukan hanya kepada pasangan saja tetapi juga janji kepada Alloh tuk saling menjaga pernikahan itu hingga akhir hayat memisahkan...

Salah seorang sahabat kemudian berujar, “the falling leaf doesn’t hate the wind, daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Semoga “dedaunan” yang sudah saatnya jatuh ke dekapan kekasih hati akan menerima segala sesuatunya dengan penuh keikhlasan. Saatnya akan tiba bagi daun untuk jatuh dari ranting-ranting pohon dan mudah-mudahan kelak dedaunan tersebut dapat menghiasi keindahan dan keberkahan rumah tangga kita semua.
"Love never late! Love always ontime, bahkan ketika keadaan dimana kita merasa blm siap sekalipun menurut kita"

Sahabatku lainnya kemudian bertanya, “bagaimana bila kita menerima daun dari satu pohon sedangkan nurani berkata daunku ini ingin kujatuhkan di tanah yang lain”. Berdoalah pada Sang Pemilik Pohon, agar daun itu bisa diterpa oleh hembusan angin dan dijatuhkan pada tanah yang lain. Hanya doa pada Sang Pemilik Angin saja yang mungkin bisa kusampaikan sebagai jawaban untuk pertanyaan tersebut. Kadang yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut-Nya. Ya, kadang daun itu ingin dijatuhkan pada tanah yang subur, namun kala diturunkan oleh-Nya pada tanah kering yang tandus, bisa jadi itu memberinya banyak keberkahan, karena perjuangannya tuk membantu ‘tanah yang tandus’ tersebut untuk bisa menjadi subur, akan menempatkannya menjadi salah satu bidadari di surga.

“Ya Allah…Engkau tahu hatiku menunjuk sebuah nama untuk jadi calon imamku, jika ridha-Mu bersambut padanya, maka gerakkanlah langkah kakinya untuk menjadi ksatria di sisiku. Namun jika ridha-Mu pada selainnya, maka tuntunlah doaku untuk bisa menjadi takdir, agar aku dan dirinya dapat mendekat bersama menjalin keluarga yang indah.

Sebagai penutup, kuasailah diri agar bisa menjadi pribadi yang pantas untuk mendapatkan yang terbaik.. Bangun iman dahulu seperti halnya membangun sebuah rumah diperlukan pondasi yang kuat untuk bisa bertahan lama.. Dalam rumah tangga Pondasi itu adalah iman..

Menikah itu bukan mencari yang SEMPURNA, tapi Membuat kehidupan menjadi Sempurna Bersama-sama #doa

Thanks my friends for sharing today...
Doaku semoga Ramadhan tahun depan kita yg masih jomblo sdh dipertemukan pasangan kita masing2...Aamii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar